Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Djaelani Sutomo menyebutkan bahwa harga keekonomian bahan bakar minyak (BBM) premium mencapai Rp 9.000 per liter. Harga keekonomian premium berbeda sekitar Rp200-300 per liter dari Pertamax.
"Harga keekonomian (premium) sekitar Rp9.000-an, beda sekitar Rp200-300 (dari Pertamax)," ungkap Djaelani di sela-sela di sela-sela acara 35th Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition 2011 di Jakarta, Rabu (18/5).
Tentunya harga premium yang saat ini sebesar Rp4.500 per liter sudah disubsidi pemerintah. Djaelani mengatakan bahwa Pertamina sudah kolaps kalau menjual harga premium Rp 4.500 per liter tanpa subsidi. "Kalau Pertamina enggak dibantu, enggak bisa beli BBM lagi," ujarnya.
Terkait dengan penyalahgunaan premium subsidi oleh industri dan pertambangan, Pertamina untuk ke depan akan menyiapkan premium untuk harga keekonomian di dekat lokasi industri dan pertambangan sehingga memudahkan pengawasan terhadap penggunaan premium. Djaelani mengakui memang banyak terjadi penyalahgunaan premium subsidi oleh industri dan pertambangan.
"Yang banyak hampir merata di daerah pertambangan. Kita di Kalimantan jual premium harga keekonomian cuma laku 600 kiloliter satu bulan," katanya.
Pertamina dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) telah berusaha mengontrol penggunaan premium agar tidak disalahgunakan oleh industri dan pertambangan.
Pertamina sendiri telah memiliki data yang bisa mengetahui volume konsumsi premium di seluruh SPBU untuk mengawasi adanya kemungkinan penyalahgunaan premium subsidi.